Sabtu, Februari 02, 2008

Jangan Mudah Putus Asa


Kemenangan kita yang paling besar bukanlah karena kita tidak pernah jatuh, melainkan karena kita bangkit setiap kali jatuh .
Barang Siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin dialah orang yang merugi
dan barang yang hari ini lebih baik dari hari kemarin maka dialah orang yang beruntung.

Perlunya Konsistensi Hidup



Kehidupan ini ibarat jalan satu arah . Seberapa banyak pun perubahan rute yang anda tempuh , tidak satu pun akan membawa anda kembali. Begitu anda mengetahui dan menerima hal itu, kehidupan akan tampak menjadi jauh lebih sederhana” ­­--Isabel Moore

Bagaimana Sahabat mu?


Remember! "Nilai suatu persahabatan sebenarnya dilihat dari ketulusan hati dan kesediaan mau berkorban bagi orang lain."
Bagamana kesetiaan anda terhadap sahabat anda?
Tanda seorang sahabat, salalu hadir dalam kondisi apapun, namun janganlah berharap orang lain mengikuti apa yang kita mau, namun berbuatlah yang terbaik terhadap orang lain, dari mulai hal yang kecil, dan dimulai dari saat ini.

Bukan titik yang menyebabkan tinta,melainkan tinta yang menyebabkan titik.Bkn cantik yang menyebabkan cinta,melainkan cintalah yang menyebabkan cantik


Kebanyakan lelaki memandang wanita bagaimana?.Namun hAkikatnya yang dipentingkan dalam diri seorang wanita adalah iner beauty sebagaimana ramai dikatakan orang orang.namun tidak terlepas dari 4 hal yang diutamakan, bagaimana seorang lelaki menilai wanita dari kecantikannya,agamanya,hartanya,keturunannya. Diyakini tidak terlalu naif untuk memiliki pola pilih seperti demikian, dan tidak hanya diinginkan para kaum adam,para wanita pun menginginkan hal yang sama.Namun perlu diketahui istilah "No body`s perfect".Yah.. paling tidak sesuai kriteria pribadi yang mendekati kesempurnaan "menurut masing masing".Setiap Individu dengan karunianya memiliki pandangan akan seseorang untuk dimilikinya,itulah yang dinamakan "RELATIF-CINTA YANG BUTA" -Selamat Berjuang-

Warisan Keluarga


Pada zaman dahulu kala hiduplah seorang duda dengan tiga orang anak yang sudah menginjak dewasa.Duda itu terbilang cukup kaya didesanya. Ia memiliki rumah, tanah, dan 19 ekor kerbau . Suatu saat duda tersebut mengalami sakit keras, bahkan tipis harapan untuk sembuh. Merasa ajalnya sudah dekat, sang duda menggil ketiga anaknya untuk diberi wasiat berupa pembagian harta warisan, terutama kesembilan belas kerbaunya.
Kepada anak sulung, sang ayah berpesan bahwa dia akan memperoleh setengah dari jumlah kerbaunya. Sedangkan anak yang kedua akan memperoleh seperempat dari jumlah kerbau, dan anak bungsu akan memperoleh seperlima dari jumlah kerbau yang duda itu miliki. Tak lama kemudian, duda itu pun meninggal.
Setelah bapaknya dimakamkan dan situasi mulai tenang, ketiga ahli waris itu pun mengadakan rapat guna membagi 19 ekor kerbau peninggalan ayahnya tersebut. Kesembilan belas kerbau tersebut dibagikan sesuai dengan amanat almarhum ayahnya, yakni setengah untuk anak sulung, seperempat untuk anak kedua, dan seperlima untuk si bungsu. Akan tetapi, mereka baru sadar bahwa hasil pembagian tersebut ternyata tidak utuh. Dari hasil pembagian tersebut, anak sulung menerima setengah dari 19 ekor kerbau. Artinya, menerima sembilan setengah kerbau. Demikian pula dengan anak nomor dua, dia akan menerima empat tiga perempat kerbau. Sedangkan si bungsu akhirnya hanya menerima tiga koma delapan kerbau.
Mereka menjadi bingung , tidak tahu bagaimana cara membagi kerbau-kerbau itu. Dalam kebingungan itulah, ego mereka masing-masing muncul. Semua menginginkan kerbau diterima utuh tanpa ada yang dipotong potong. Sisulung menuntut lebih, menginget dia adalah pewaris utama, sementara adik-adiknya yang lain pun tentu tidak mau mengalah.
Tidak jauh dari rumah mereka, sebenarnya tinggal paman mereka yang tergolong miskin. Tidak mempunyai banyak tanah dan hanya memiliki seekor kerbau warisan dari ayahnya dulu. Itu pun sudah sangat kurus dan tidak terawatt.
Akibat kehidupannya yang miskin itulah, sang paman hamper tidak pernah diperhatikan oleh keluarga almarhum duda kaya itu, apalagi perhatian dari ketiga keponakannya. Namun demikian, berita mengenai pertentangan ketiga keponakannya dalam membagi sembilan belas kerbau tersebut sampai juga ke telinganya.
Setelah mengetahui titik permasalahannya, dengan hati yang tulus dia berkata kepada ketiga keponakannya itu, “Ambillah kerbau paman yang satu satunya ini, mungkin berguna untuk memecahkan masalah kalian bertiga!”.
“Wah ! Ide yang bagus. Kalau begitu, sekalian saja paman yang membaginya untuk kami. Supaya adil!” sahut si sulung dengan mantap.
Dengan senang hati, sang paman pun bersedia untuk membantu membagi kerbau warisan itu. Ditambah satu kerbau miliknya, jumlah kerbau sekarang menjadi 20 ekor. Sesuai dengan porsi pembagian yang telah diwasiatkan sang ayah, maka sisulung memperoleh sepuluh ekor kerbau (1/2 dari 20), adiknya yang nomor dua mendapatkan lima ekor (¼ dari 20), dan sibungsu memperoleh empat ekor (1/5 dari 20).
“Apakah kalian puas dan merasa adil dengan apa yang telah kalian terima?” Tanya sang paman.
“Sangat puas, Paman!” sahut ketiga keponakannya.
“Sesuai wasiat ayah kalian, sekarang masing-masing sudah mendapat 10,5, dan 4 ekor kerbau. Jadi, total jumlah kerbau yang dibagi ada 19 ekor, sedangkan kerbau yang ada adalah 20 ekor. Berarti ada sisa satu lagi, ya!” pinta paman mereka dengan tersenyum.